IDI, WOL – Meskipun perkantoran mulai beroperasi sejak Rabu (14/9), ribuan nelayan sepanjang pesisir Aceh belum melaut. Pasalnya, para nelayan menghormati hari tasyrik yang menjadi hukum adat terhadap pelaut.
“Tidak ada aktivitas nelayan sepanjang hari tasyrik, baik di darat ataupun di laut. Sebab, nelayan kita menghormati hukum-hukum adat laut sebagaimana diatur dalam qanun,†kata Wakil Panglima Laot Lhok Kuala Idi, Razali, baru-baru ini.
Menurut Razali, hari tasyrik dalam Islam meliputi hari kedua, ketiga dan keempat lebaran Idul Adha di bulan Zulhijjah berdasarkan kalender Islam. Namun, tahun ini aktivitas mulai sepi sejak dua hari sebelum perayaan Idul Adha yakni terhitung Sabtu (10/9). Minggu (11/9) menjadi tradisi meugang dan Senin (12/9) hari pertama lebaran Idul Adha.
“Jika merujuk kepada hari tasyrik, maka nelayan tidak melaut sejak (13-15/9). Dan nelayan kembali melaut, Jumat (16/9). Tetapi berhubung hari jumat juga tidak dibenarkan melaut, maka nelayan kita mulai beraktivitas, Sabtu (17/9) pada akhir pekan ini,†jelas Razali.
Di sisi lain, Razali mengakui, akibat nelayan tidak melaut terjadi kelangkaan berbagai jenis ikan laut. Tetapi rata-rata masyarakat di Aceh sudah memahami hukum adat laut, sehingga selama hari tasyrik masyarakat lebih memilih makan daging kurban, ayam, dan telur.
“Bahkan sebagian masyarakat yang ekonomi menengah ke atas memiliki stok ikan di rumahnya,†tambah Razali menambahkan telah menjadi kebiasaan selama hari tasyrik pedagang ikan di pasar tradisional memilih memasarkan berbagai hasil budidaya tambak seperti ikan bandeng, mujair, udang dan kepiting.
H Husaini, tokoh nelayan di Aceh Timur, menyebutkan ratusan kapal nelayan telah bersandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Idi terhitung Sabtu (10/9). Hal serupa juga terjadi di seluruh Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Aceh Timur dan sepanjang pesisir Aceh.(wol/aa/wsp/data2)
Editor: AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post