MEDAN, WOL – Masalah sengketa tanah di Kompleks MMTC, Jalan Williem Iskandar Medan yang sekarang telah berdiri Sekolah Cinta Budaya (Chong Wen) belum kunjung selesai. Alhasil, pemilik tanah, Mantan Pangdam I/BB Mayjend (Purn) TNI Burhanuddin Siagian menggembok pintu masuk atas hak alas tanah miliknya.
Akibat penggembokan tersebut, Senin (18/7) pagi, ratusan wali murid yang hendak mengantarkan anaknya ke sekolah tidak bisa masuk. Ratusan wali murid menunggu di depan gerbang sekolah dengan kondisi hujan.
Wali murid yang terlihat hampir anarkis langsung berkumpul untuk menjatuhkan gerbang sekolah. Petugas kepolisian yang sedang berjaga langsung membuat pagar betis di depan gerbang untuk menghalangi amukan wali murid.
“Mana yayasan kita, ini kita sudah hujan-hujanan dari tadi. Kalau anak kita sakit, yayasan mau tanggung enggak. Kenapa kami yang jadi korban,” ucap seorang wali murid bernama Aliong yang menunggu 2 jam di luar gerbang sekolah.
Sementara, Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto yang sedang berjaga turut meredam kemarahan para wali murid.
“Tenang buk, tenang. Jangan buat keributan. Pak Kapolda sedang musyarawah dengan pak Burhanuddin. Kita harap segera selesai,” kata Mardiaz.
Tidak ingin situasi jadi anarkis, Kapolda Sumut Irjen Pol R Budi Winarso pun memilih berdiskusi dengan Burhanuddin Siagian dan yayasan Cinta Budaya yang diwakili Pau Kok. Kapolda meminta agar yayasan sekolah Cinta Budaya segera menyelesaikan masalah tanah ini.
“Pihak yayasan harus segera selesaikan. Tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. Saya akan mediasi kedua pihak hari ini juga. Kalau ada masalah, biar kita selesaikan dengan baik-baik. Panggil semua pihak yayasan. Ayo kita bicarakan,†kata Kapolda.
Dalam diskusi itu, terdengar Burhanuddin akhirnya bersedia memberi masuk anak-anak untuk bersekolah. Burhanuddin pun langsung memerintahkan petugas jaga untuk membuka gembok.
Ketika gerbang dibuka, terdengar suara teriakan ratusan wali murid yang sudah menunggu sejak jam 06.00 WIB pagi. Anak-anak sekolah langsung masuk ke dalam sekolah digandeng oleh wali murid masing-masing untuk mengikuti kegiatan belajar.
Sementara, Burhanuddin Siagian mengatakan dirinya tidak bermaksud menghalangi murid untuk sekolah. Ia mengaku dirinya pernah menjadi pendidik selama 15 tahun.
“Saya sangat sayang anak-anak. Karena saya pernah menjadi pendidik di TNI selama 15 tahun. Saya gembok pintu gerbang untuk melindungi tanah saya, bukan untuk mengintimidasi pendidikan. Karena kalau misalnya sekolah ada apa-apa, pemilik tanah yang kena. Tapi selama ini pihak yayasan tidak ada etikad baik sama saya, malah saya pernah difitnah. Saya hanya memperjuangkan hak saya,” pungkas Burhanuddin kepada wartawan.(wol/data1)
Editor: SASTROY BANGUN
Discussion about this post