MEDAN, WOLÂ – Ketua Komisi A DPRD Medan Roby Barus menilai, cenderungnya Warga Negara Asing (WNA) menjadi korban tindak kejahatan di Kota Medan karena tidak adanya sinkronisasi pendataan yang dimiliki oleh Imigrasi kelas I Medan dengan Pemerintah Kota Medan, dalam hal ini Kepala Lingkungan.
Pasalnya selama ini tidak dapat diketahui berapa jumlah pastinya WNA yang berada di kota ini. Sehingga, ketika muncul permasalahan yang melibatkan WNA, aparat penegak hukum kesulitan untuk mengumpulkan data guna menyelesaikan permasalahan.
Dicontohkannya, kasus yang menimpa warga negara Nepal yang baru saja menjadi korban, merupakan contoh buruk minimnya pendataan jumlah WNA di Kota Medan. Sehingga kejadian demi kejadian yang menimpa WNA, membuat nama pemerintah Indonesia khususnya Pemko Medan terkesan menolak kehadiran WNA.
“Belum ada di lingkungan jumlah data WNA yang berkunjung ke Medan. Seharusnya pihak Imigrasi Kelas I Medan memberikan data tersebut kepada Pemko Medan, yang selanjutnya akan di serahkan kepada Kepala Lingkungan. Sehingga mudah melakukan pengawasan. Dan apabila terjadi sesuatu seperti yang terjadi kepada warga Nepal, tidak sulit untuk melakukan penelusuran,” ungkapnya kepada Waspada Online, Senin (23/11), menyikapi peristiwa tewasnya WNA asal Nepal yang sempat diduga menjadi korban pembunuhan beberapa waktu lalu di seputaran Sampali.
Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, kepada aparat penegak hukum (Polisi,red), hendaknya meningkat kembali pengawasannya. Sebab, WNA yang datang ke kota ini memiliki tujuan tertentu. Apakah mereka bekerja di salah satu lembaga atau hanya sebatas pelancong.
“Intinya koordinasi lintas sektor ini lah yang perlu kita tingkatkan. Supaya apa, nama baik Kota Medan maupun negara kita tidak tercemar di mata dunia. Ini kan menjadi preseden buruk bagi negara lain dengan seringnya muncul WNA menjadi korban,” pungkasnya.
Pada berita sebelumnya, mayat Mr-X yang ditemukan warga di kawasan Jalan H Anif, simpang Jalan Perjuangan, Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Minggu (22/11) sore kemarin, kuat dugaan WNA adal Nepal bernama Tej Bikram, kelahiran 27 Agustus 1979 yang bertugas sebagai dokter relawan di Medan. Hal itu diperkuat oleh keterangan pihak Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut.
Menurut Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Lesmana Zendrato, dugaan meninggalnya Mr-X akibat sakit. Namun begitupun, pihaknya masih terus melakukan penyidikan dengan meminta keterangan dari sejumlah warga.
Kapolresta Medan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto juga mengungkapan terkait tewasnya seorang dokter asal Nepal, Tej Bikram Karki, setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim medis tidak ada tanda-tanda kekerasan dan penganiayaan yang dialami korban.
“Saat dilakukan pemeriksaan oleh tim medis tidak ditemukan adanya tanda-tanda luka bekas penganiayaan di dalam tubuh korban warga Negara Nepal,†ungkapnya kepada Waspada Online, Senin (23/11).
Mardiaz menyebutkan, walaupun tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan di dalam tubuh korban saat ini tim medis akan memeriksa empedu korban. Sebab dari empedu korban diketahui apakah korban meninggal dunia karena meminum obat atau tidak. “Kita akan memeriksa empedu korban untuk mengetahui apakah korban meminum obat atau racun. Sehingga kita dapat mengetahui kematian korban,†sebutnya.
Mantan Kapolres Madina ini menjelaskan, petugas kepolisian tengah melakukan koordinasi dengan Negara Nepal terkait tewasnya korban.
“Saat ini Kedutaan Negara Nepal di Indonesia khususnya di Kota Medan tidak ada. Oleh karena itu kita sedang melakukan koordinasi dengan Negara Nepal terkait pemulangan jenazah Tej Birkam Kirki ke negaranya,†terang Mardiaz.
Diketahui korban datang ke Kota Medan dalam rangka mengikuti kegiatan Bakti Sosial Operasi Katarak bersama Walubi, Buddha Suci dalam rangka HUT TNI di Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. (wol/mrz/lvz/data1)
Editor: AGUS UTAMA
Discussion about this post