MEDAN, WOL – Ketua Komisi E DPRD Sumatera Utara, Efendi Panjaitan, meminta pihak intelijen untuk turun tangan dalam memberantas aksi kriminal kelompok begal yang beraksi di Kota Medan. Menurut Efendi, aksi kejahatan yang dilakukan kelompok begal dimulai dari geng motor yang sering menggelar balap liar di jalanan.
Dalam perjalanan waktunya, kawanan geng motor ini mulai usil dengan orang yang berada di pinggir jalan.
“Awalnya mereka mulai menjambret yang kecil-kecil seperti dompet dan tas. Dan mereka ini punya ikatan kuat antara junior dan senior. Dengan adanya senior, mereka merasa terlindungi sehingga terciptalah sebuah jaringan yang terstruktur,” terang Efendi saat dijumpai di Gedung DPRD Sumut, Selasa (11/8).
Lanjutnya, dari sebuah jaringan ini masuklah kawanan-kawanan begal. Ia menduga, masuknya kawanan begal ke dalam kelompok geng motor merupakan upaya untuk melegalkan diri. Sehingga kemudian mereka mulai beroperasi di jalanan.
Oleh karena itu, politisi PDI Perjuangan ini meminta aparat keamanan untuk mempelajari modus-modus operasional begal. Menurutnya, hanya dengan merespon laporan terhadap kasus begal tidak dapat membasmi jaringan begal tersebut.
“Memang tidak dapat disalahkan juga karena itulah sistem kerja mereka. Tapi kan di kepolisian ini ada bidang intelijen yang dapat menelusuri segala bidang di luar teknis. Sehingga mereka bisa masuk ke akar permasalahan,” tuturnya.
Ia juga mengharapkan pihak kepolisian untuk menyamar untuk memancing aksi begal.
“Untuk jangka pendek, nggak usah pake patroli. Polisi menyamar saja untuk memancing aksi begal. Ketika tertangkap, langsung eksekusi di tempat. Karena mereka sudah melewati batas toleransi,” katanya.
Menurut Kriminolog dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Nursariani Simatupang, pembinaan yang intensif tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek jera.
“Kalau mereka sudah tertangkap, sebaiknya dalam masa penghukuman itu mereka diberi pembinaan secara baik dan benar. Tujuannya adalah supaya kelompok yang di luar sana yang belum tertangkap tidak mengulangi aksi yang sama,” katanya, Selasa (11/8).
Ia menilai, kawanan begal beraksi karena melihat peluang dan kesempatan dari pihak kepolisian dan masyarakat. Ia berharap, aparat keamanan dapat meningkatkan intensivitas dalam melakukan razia setiap malam.
Sejauh ini, lanjut Nursariani, razia kepolisian yang dilakukan setiap malam sudah cukup baik. Namun hal tersebut dinilai masih kurang efektif untuk memberantas aksi begal secara total.
“Memang kebijakan tembak di tempat bisa menimbulkan efek jera. Tapi itu bukan cara satu-satunya. Makanya yang sudah ditangkap itu diberi pembinaan,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar saat malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kesempatan begal dalam melakukan aksi kejahatannya.
“Kecuali kalau ada sesuatu yang sifatnya emergency seperti sakit atau meninggal. Kita juga tidak bisa memungkiri kalau ada karyawan yang harus pulang malam. Makanya kita juga harus meningkatkan kewaspadaan diri,” pesannya. (wol/cza/data2)
Editor: AGUS UTAMA
Discussion about this post