LHOKSUKON, WOL – Sebanyak 569 warga Myanmar terdampar di Perairan Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara tepatnya di Desa Meunasah Sagoe, yang diselamatkan SAR, Minggu dini hari kini ditampung di Meunasah Desa Matang Raya Barat, Desa Matang Puntong, Desa Meunasah Sagoe dan sebagian dibawa ke Mapolres Aceh Utara.
Pengakuan salah seorang imigran Myamar tersebut, Thambir Ahmad (21) yang kini ditampung di Mushalla Desa Matang Raya, mereka melarikan diri dari Myanmar karena konflik berkepangjangan dan ingin mencasri suaka ke Malaysia. Namun tertipu agen yang membawa mereka hingga terdampar di perairan Aceh.
“Kami berangkat dari Myanmar hendak menuju ke Malaysia untuk bekerja melalui agen, namun kami malah ditahan di Thailand selama satu bulan. Setelah itu dibuang ke tengah lautan dengan menumpangi kapal yang mesinnya sudah rusak,†terang Thambir yang fasih berbahasa Melayu kepada wartawan, hari ini.
Dikatakan, mereka sempat terkatung-katung selama dua bulan di tengah lautan dengan menumpangi kapal bermesin rusak. “Kami setelah dibuang ke lautan oleh Thailand, terkatung-katung selama dua bulan dan akhirnya terdampar di Perairan Aceh,†terangnya.
Sementara itu, Muhammad Juned (21) yang juga fasih berbahasa Melayu mengatakan, mereka sengaja pergi ke negara lain untuk mencari suaka politik dengan tujuan Malaysia. “Tak tahan tinggal di negara sendiri (Myanmar) karena konflik sedang berkecamuk, maka kami mencari suaka politik ke negara lain dengan tujuan bekerja di Malaysia,†jelas Muhammad Juned.
Muhammad Juned bersama 134 warga Myanmar lainnya kini ditampung sementara di Meunasah Desa Matang Puntong, Seunuddon, Aceh Utara. Isterinya, merupakan warga Medan yang saat ini sedang bekerja di Malaysia dan dikarunia satu anak.
Terkait hal ini, Wasdakim Imigrasi Kota Lhokseumawe Suhartono mengatakan, pihaknya saat ini masih terus mendata para warga Myanmar tersebut. Menurutnya, dari sekian banyak yang terdampar sebagiannya merupakan warga Negara Bangladesh.
“Selain warga Myanmar, sebagian dari mereka adalah warga Bangladesh. Saat ini sedang kita yang bekerja dalam Tim. Malah sebagian sudah dibawa ke Mapolres Aceh Utara tanpa koordinasi dengan pihak kami,†jelas Suhartono.
Kehadiran imigran Myanmar ini membuat warga di Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara turut prihatin. Para warga turut menyalurkan segala bentuk bantuan kepada mereka.
“Kami turut prihatin, apalagi tak sedikit warga Aceh yang pernah merasakan hal yang sama ketika Aceh masih konflik. Nah kini bantuan terus berdatangan yang berupa makanan, pakaian, dan fasilitas mandi. Mereka sangat kelaparan,†kata Geuchik Desa Meunasah Puntong, Mansyur.
Kondisi yang serupa juga terlihat di Desa Matang Raya Barat, Baktiya. Berbagai macam bentuk bantuan terus berdatangan, bahkan warga sekitar turut membuka dapur umum. “Kita buka dapur umum atas bentuk keprihatinan kita terhadap warga Myanmar ini,†terang Geuchik Matang Raya Barat, Baktiya, Husein.
Kabidhumas Polda Aceh, AKBP Teuku Saladin, mengatakan mereka tengah didata oleh pihak imigrasi dan kepolisian di Polres Aceh Utara.
“Namun, karena jumlah mereka banyak, mereka dievakuasi ke Gedung Olah Raga Lhoksukon di Aceh Utara,†ujar Kabidhumas Polda Aceh, AKBP Teuku Saladin.
Menurut Darsa, komandan regu pencarian dan penyelamatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Utara, empat kapal yang mengangkut ratusan orang Rohingya itu menyuruh mereka untuk menceburkan diri ke laut dan berenang hingga ke tepian pantai.(wol/rls/data1)
Discussion about this post